Sepakbola adalah olahraga yang benar-benar menjelma menjadi industri yang dihiasi dengan geliat transfer pemain di setiap bursa. Kekuatan klub juga sebanding dengan kualitas pemainnya. Namun tidaklah mudah menjaga kekuatan klub karena sulit untuk mempertahankan pemain bintang di tengah status finansial klub yang buruk. Hal ini pernah dirasakan oleh Parma.
Oleh karenanya, setelah mengenal sejarah Parma, maka kali ini kami mengajak para pembaca mengenal keadaan finansial klub. Tentunya jangan membandingkan dengan klub-klub megabintang Eropa lainnya. Karena tak seperti dulu saat masih dipegang oleh Parmalat, raksasa produk olahan susu yang menggelontorkan budget fantastis untuk membeli pemain sehingga Parma menjadi Magnificient Seven dan disegani di level Eropa, saat ini Parma adalah klub yang tengah bangkit dari sisi finansial, semenjak kebangkrutan Parmalat.
Wikipedia melaporkan bahwa di 2001, beberapa divisi baru Parmalat justru menciptakan kerugian besar dan hutang yang menumpuk. Puncaknya di 23 Desember 2003, catatan keuangan Parmalat dinyatakan tidak sesuai dengan yang sebenarnya, keesokan harinya Parmalat dinyatakan bangkrut dengan catatan hutang yang sebenarnya mencapai 121 trilyun Rupiah (Dalam artikel ini semua mata uang asing telah dikurs kan dalam Rupiah untuk memudahkan pembandingan) .Proses pengadilan berjalan hingga 2009. Menyeret petinggi Parmalat dan bahkan Tanzi sang CEO dituntut hukuman penjara atas kasus penipuan dan money laundry.
Hal ini turut memukul kemampuan finansial Parma. Musim 2003/2004 adalah kali terakhir kita melihat logo Parmalat menghiasi kostum Parma. Selanjutnya musim 2004/2005 , hanya Champion yang menghiasi jersey dan perlengkapan pemain Parma.
Enrico Bondi |
Tahun 2003 s.d. 2006 Parma bahkan harus menjual pemainnya hingga mencapai 2 Trilyun Rupiah. Fabio Cannavaro, Marco Di Vaio, Alberto Gilardino, Mathias Almeyda, Adriano, Adrian Mutu, Mateo Brighi, dan Evanilson adalah pemain berharga yang harus dilepas. Prestasi Parma pun ikut melorot, meski sempat berada di peringkat 5 untuk musim 2002/2003 dan 2003/2004. Akhirnya Parma mulai keluar dari il Sette Magnifico dengan menempati urutan 18 di musim 2004/2005 dan harus play off untuk tetap di Serie A. Berlanjut urutan 11 di musim 2005/2006, kemudian berkat 'hadiah' kasus Calciopoli, Parma lolos ke UEFA Cup 2006/2007 meski harus berakhir di peringkat 13 Serie A.
Keadaan finansial Parma mulai bangkit di 24 Januari 2007 saat Eventi Sportivi , S.p.A. mengambil alih kepemilikan Parma. Dan Tomasso Ghirardi, menjadi Presiden Parma dengan kepemilikan saham sebanyak 70% di Eventi Sportivi, S.p.A. setelah membeli Parma dari 'caretaker' Enrico Bondi seharga hanya sekitar 36 milyar Rupiah. Di lima tahun kepemimpinannya (2007-2012), diperkirakan Ghirardi telah menginvestasikan 360 Milyar Rupiah di Parma. Ditambah pengembangan kompleks pelatihan Collechio sebesar 78 Milyar Rupiah sebagai komitmen terhadap perbaikan infrastruktur dalam rangka meningkatkan nilai tambah pemain inti dan pemain muda Parma.
Tomasso Ghirardi |
Berikut jajaran Direksi Parma:
President: Tommaso Ghirardi
Managing director: Pietro Leonardi
Technical director: Antonello Preiti
Club secretary: Alessio Paini
Team manager: Alessandro Melli
President: Tommaso Ghirardi
Managing director: Pietro Leonardi
Technical director: Antonello Preiti
Club secretary: Alessio Paini
Team manager: Alessandro Melli
Di 27 Februari 2012, Parma mengumumkan pendapatan gross nya mencapai 1 Trilyun Rupiah untuk musim 2010/2011 yang berakhir 30 Juni 2011. Pendapatan ini meningkat 6% dari musim sebelumnya. Penjualan pemain seharga 0,4 Trilyun Rupiah atau meningkat 7,2% dari tahun sebelumnya. Keuntungan setelah dipotong pajak meningkat menjadi 8,4 Milyar Rupiah. Padahal tahun sebelumnya tercatat kerugian sekitar 29 Milyar Rupiah. Passiva berkembang sebesar 1,5% menjadi 1,4 Trilyun Rupiah. Asset neto berkembang sebesar 125% menjadi 0,35 Trilyun Rupiah. Hal ini belum ditambah pendapatan tiket , siaran TV, pemain pinjaman dan lainnya. Bahkan Pietro Leonardi sempat berucap bahwa penjualan pemain di Januari 2011 akhirnya berhasil menutup kehancuran finansial selama satu musim Parma terdegradasi ke Serie B.
Untuk transfer Pemain 2011/2012, Parma mengucurkan dana 120 Milyar Rupiah. Hal ini dapat tertutup dengan nilai penjualan pemain yang mencapai 220 Milyar Rupiah. Sebagai perbandingan, Juventus di tahun yang sama mengeluarkan 1,2 Trilyun Rupiah untuk pembelian pemain dan 230 Milyar Rupiah untuk penjualan pemainnya. Sementara Bologna mencapai 208 Milyar Rupiah dengan penjualan pemain mencapai 254 Milyar Rupiah. Dibanding kedua klub tadi, terutama Bologna, tentunya Parma masih unggul dari sisi efisiensi mengingat hasil akhir Serie A musim 2011/2012.
Untuk transfer Pemain 2011/2012, Parma mengucurkan dana 120 Milyar Rupiah. Hal ini dapat tertutup dengan nilai penjualan pemain yang mencapai 220 Milyar Rupiah. Sebagai perbandingan, Juventus di tahun yang sama mengeluarkan 1,2 Trilyun Rupiah untuk pembelian pemain dan 230 Milyar Rupiah untuk penjualan pemainnya. Sementara Bologna mencapai 208 Milyar Rupiah dengan penjualan pemain mencapai 254 Milyar Rupiah. Dibanding kedua klub tadi, terutama Bologna, tentunya Parma masih unggul dari sisi efisiensi mengingat hasil akhir Serie A musim 2011/2012.
Parma mendapat predikat 14 klub berpendapatan tertinggi di Serie A setelah mengantongi 0,4 Trilyun Rupiah dari Pendapatan Non Transfer di musim 2009/2010. Selain itu Klub juga berpredikat 11 Klub pembayar gaji pemain tertinggi di Serie A yang keseluruhan 0,27 Trilyun Rupiah pertahun untuk 27 pemain.
Ennio Tardini |
Untuk infrastruktur, Presiden Parma memiliki rencana membeli Stadion Ennio Tardini dalam waktu dekat. Sekaligus sebagai investasi yang dapat membantu mengangkat keadaan finansial Parma. Di samping itu, perencanaan perluasan Stadion pun akan direalisasikan. Ke depannya I Tardini direncanakan berkapasitas 30000 tempat duduk dengan perkiraan dana masih dalam perhitungan. Plus renovasi tinggi sandaran bangku yang akan diubah menjadi 30 cm sesuai standar UEFA (saat ini hanya setinggi 15 cm sehingga Ennio Tardini tak bisa dipakai di ajang Eropa) yangmembutuhkan dana sekitar 18 Milyar Rupiah.
Demikian kira-kira gambaran keadaan finansial Parma saat ini. Semoga Parma tidak terjatuh kedua kalinya.
Forza Parma!
Published with Blogger-droid v2.0.4
FORZA PARMA... ghirardi mau beli tardini :matabelo:
BalasHapusMoga-moga aja terwujud gan...Atau kita bikin Stadion Baru aja kayak Juventus
BalasHapusklo beli tardini lebih murah daripada bikin stadion baru, baiknya beli tardini saja.. tinggal di renovasi.. mantap ghirardi ini, gak segan mengucurkan dana buat membangun dan membina PARMA
BalasHapusForza Ghirardi ^-^
BalasHapusF(+|III)RZA PARMA, GRAZIE GHIRARDI... ^_^
BalasHapusMoga2 aja di bawah kepemilikannya kita bisa berada dalam kondisi finansial yang stabil dan prestasi yang membanggakan.
BalasHapus