Rabu, 08 Agustus 2012

PEMAIN MUSLIM DI LIGA ITALIA SERIE A

Pemain sepakbola Muslim yang berlaga di liga-liga Eropa menjadi minoritas di benua biru. Karena itu, mereka acapkali harus mempertahankan keyakinannya di tengah budaya glamor yang berbeda dengan ajaran yang dianutnya. Bermain di liga top Eropa, banyak pesepakbola Muslim yang tetap beribadah. Mereka juga hidup sesuai dengan ajaran Islam, dengan menghindari makanan yang diharamkan oleh agama. Hal itu menjadi kunci rahasia kenapa jarang dari mereka yang kehidupan pribadinya diberitakan.

Banyak pemain sepakbola beragama Islam yang bermain di liga utama Eropa, seperti Bundesliga Jerman, La Liga Spanyol, Liga Primer Inggris, dan Serie A Liga Italia. Mereka di antaranya, Frederic Oumar Kanoute, Frank Ribery, Karim Benzema, Hatem Ben Arfa, Samir Nasri, dan Djibril Cisse.Selain dikenal karena performa menawan di lapangan, mereka juga membanggakan soal menjalankan rukun Islam. Para pemain itu dikenal taat beribadah di tengah tuntutan kerja dengan standar tinggi. Hidup di tengah pusat mode dan budaya hura-hura, mereka tetap berpendirian teguh mengamalkan ajaran Islam.

Mengingat saat ini kita sedang berada di bulan Romadhon, maka kesempatan kali ini kami akan memberikan artikel mengenai beberapa pemain sepak bola muslim di Serie A Italia yang taat pada ajaran Islam :



Adam Llajic (Fiorentina)
 
Adam Llajic, Salah satu pemain muda yang bangga akan keislamannya

Llajic adalah pemain Muslim keturunan Serbia yang sempat menarik perhatian sejumlah media setempat. Pasalnya, ia nekad tidak menyanyikan lagu kebangsaannya hingga dianggap tidak menghormati negara. Ketika ditanya, ia hanya membela diri dan mengaku bahwa dirinya seorang muslim sehingga tak boleh menyanyikan lagu tersebut. Atas dasar itulah pada akhirnya ia kemudian diberhentikan dari timnas.

Selain kontroversi itu, itu Adam Llajic juga pernah bertengkar hebat dengan pelatih Dellio Rossi saat bermain untuk Fiorentina di Seri-A.

Adam Llajic hanyalah sebagian pemain muslim yang siap menyambut bulan Ramadhan bersama pemain-pemain muslim lainnya yang bermain untuk klub-klub Seri-A Italia. 

Sulley Muntari (AC Milan)

Muntari, selebrasi gol dengan melakukan sujud syukur

Saat ini dia berstatus sebagai pemain pinjaman AC Milan dari Inter Milan. Gelandang timnas Ghana ini merupakan sosok pemain Muslim yang rajin menjalankan perintah agama. Sebagai contohnya, ketika Seri A Liga Italia bergulir di bulan Ramadhan, dia lebih memilih tetap berpuasa daripada membatalkannya.

Pelatih Inter kala itu, Jose Mourinho pernah mengingatkannya agar ia tidak berpuasa, namun Muntari tetap pada pendiriannya dan terbukti penampilannya di lapangan tidak menurun gara-gara berpuasa.

Samir Handanovic (Internazionale)
Handanovic, musim pertamanya di Inter Milan

Ia adalah Kiper yang saat ini membela Inter Milan. Kiper yang saat ini berusia 28 tahun, membela tim nasional Slovenia. Ia memiliki orang tua yang berasal dari Bosnia. Darah Islam kental di kepribadiannya. Itulah yang membuatnya menjadi muslim yang taat. Islam menjadi kekuatannya di dalam dan di luar lapangan sehingga menjadikan dia sebagai salah satu kiper terbaik Serie A musim lalu.

Blerim Dzemaili (Napoli)

Dzemaili, menguasai bahasa Albania, Italia, Swiss dan Inggris
Mantan pesepakbola yang pernah bermain buat Parma ini merupakan pemuda kelahiran Yugoslavia, dan berdarah Albania. Ia salah satu pesepakbola muslim yang memperkuat tim nasional Swiss saat ini. Tekniknya yang brilian dan penguasaan bola yang mumpuni membuat Napoli menjadikannya sosok tak tergantikan bersama Marek Hamsik di lini tengah.

Miralem Pjanic (Roma)

Pjanic saat masih membela Lyon

Pemuda berusia 22 tahun ini berasal dari Bosnia. Ayahnya adalah mantan pesepakbola Yugoslavia saat itu. Darah Islam telah mengalir kental di keluarganya. Ia dan ayahnya menjadi saksi Krisis Muslim Bosnia saat itu, yang memaksa mereka pindah ke Luxemburg saat Pjanic masih kecil. Ia kemudian berkembang menjadi pesepakbola handal di sana dan sempat membela Luxemburg U-17. Namun kecintaannya pada daerah asalnya yakni Bosnia-Herzegovina, membuat Pjanic hanya ingin membela tim nasional Bosnia-Herzegovina. Keinginan itu menjadi kenyataan baginya saat ini. Tentu saja ia tetap melaksanakan ibadah puasa saat ini sebagai umat Islam.

Mehdi Benatia (Udinese)

Mehdi Benatia, tetap berpuasa di tengah ketatnya kompetisi

Pemain bernama lengkap Mehdi Amine El Moutaqui Benatia ini lahir dari ayah asal Maroko dan ibu asal Aljazair. Namun ia lahir di Prancis dan besar dalam asuhan tim sepakbola asal Prancis. Di tengah kerasnya diskriminasi terhadap umat muslim di Prancis, ia tetap berhasil menunjukkan kemampuan bersepakbolanya dengan lulus seleksi akademi kenamaan di Prancis yakni Clairefontaine. Sejak berlatih di sana, ia memuluskan cita-citanya menjadi pesepakbola profesional. Ia bangga sebagai seorang muslim dan saat ini pun bangga menjadi bagian timnas Maroko.

Yussif Raman Chibsah (Parma)

Raman Chibsah, Membawa semangat ke dalam tim Parma

Adalah pemain kelahiran Accra Ghana, berusia 19 tahun menyandang nama keluarga Chibsah yang terkenal di Ghana sebagai pemeluk Islam taat dan sangat berdedikasi dalam mengangkat perekonomian rakyat Ghana yang salah satunya melalui Chibsah Foundation yang dipelopori oleh Yussif Al Hasan Chibsah, pesepakbola kenamaan Ghana. Bermain di Serie A Italia membuat namanya kian mengharumkan Ghana sebagai penghasil pemain berbakat. Namun ia tetap berusaha menjalankan ibadahnya di sini meskipun ia awalnya sangat sulit mencari makanan berlabel halal di Italia. Roberto Donadoni, sang pelatih memuji penampilan Chibsah di ajang uji coba yang terlihat sangat menguasai lapangan dan mempunyai visi permainan yang bagus. Ia pun terlihat berkarakter sopan dan tidak arogan, Sifat-sifat terpuji yang diajarkan Islam inilah yang menjadi daya tarik bagi orang-orang di sekitarnya. Semoga ia menjadi pemain yang konsisten menjaga keimanannya di tengah hingar bingar budaya barat. Ia pun merasa beruntung bahwa tahun ini ibadah puasanya tidak diganggu oleh jadwal pertandingan Serie A. Hanya latihan preseason dan beberapa ujicoba saja. Ia berusaha mencontoh pendahulunya di Parma yakni Stephen Appiah yang berhasil menjalankan dan menjaga ibadahnya selama mengikuti kompetisi Serie A yang ketat.

Ishak Belfodil (Parma)

Ishak Belfodil, membawa darah Aljazair
Sebagian orang menjulukinya sebagai Benzema baru dari Prancis, selain karena perawakan dan gaya permainannya yang hampir sama, masalah keimanan, keduanya pun memiliki kesamaan. Yah, mereka adalah penganut Islam. Bila Karim Benzema sudah menjadi pemain terkenal saat ini, Ishak Belfodil sedang meniti karirnya. Pemain berwajah innocent ini lahir dari ayah seorang warga Aljazair yang sedari kecil menanamkan kecintaan pada agama dan tanah airnya, sedangkan ibunya seorang warga negara Prancis. Namun untuk mengembangkan bakat sepakbolanya, ia menempuh pendidikan di akademi sepakbola Prancis. Namanya melambung saat menjadi top skorer di berbagai kejuaraan. Namun prestasinya tak membuat Ishak melupakan tanah kelahirannya. Tahun 2008 ia pernah meminta bantuan sang ayah untuk mengirim surat permintaan darinya agar membela tim nasional Aljazair, meskipun prestasi Aljazair tidak bagus kala itu. Sayangnya tidak ada yang memperhatikan hal tersebut, ia tak mendapat jawaban. Di saat itu pula Prancis tak mau kalah start, ia pun akhirnya menerima panggilan tim nasional Prancis U-17. Kini ia bermain untuk Parma, dan membuat kemajuan yang signifikan termasuk gol semata wayang Parma saat memenangkan laga versus Viktoria Zizkov di Ceko. Pun sama halnya dengan Chibsah, pemain berusia 20 tahun ini merasa beruntung bahwa tahun ini ibadah puasanya tidak diganggu oleh jadwal pertandingan Serie A. Hanya latihan preseason dan beberapa ujicoba saja. Semoga ia menjadi penyerang handal yang tidak lupa menjalankan ibadah kepada Allah.

Beberapa pemain muslim lainnya yang juga tetap menjaga konsistensi menjalankan ibadahnya di Serie A Italia di antaranya

Djamel Mesbah, Taye Taiwo (AC Milan), Valeron Behrami (Napoli), Housine Kharja, Samir Ujkani (Palermo), Abdoulay Konko (Lazio), Gokhan Inler (Napoli), Ahmed Barusso (Siena), Shkodran Mustafi (Sampdoria), Lorik Cana, Senad Lulic (Lazio), dan juga Amidu Salifu (Catania).

Konsistensi mereka dalam menjalankan nilai-nilai Islam di negara yang Muslimnya merupakan penduduk minoritas ini patut dijadikan contoh bagi kita yang justru sering jauh dari nilai-nilai agama walaupun di negara yang mayoritasnya mengaku beragama. Khusus buat Chibsah dan Belfodil, Keep Istiqomah dan kami di sini setia mendukung kalian!

Sumber :
http://jeghui.blogspot.com/2011/07/young-star-series-muslim-footballers.html
http://rizkyagung.com/belajar-dari-para-pemain-sepak-bola-muslim-top-yang-merumput-di-eropa/
http://wikipedia.org
http://transfermarkt.co.uk

Published with Blogger-droid v2.0.4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar